“KELOMPOK LAIN” DALAM PANDANGAN PELAJAR DI WILAYAH BEKAS KONFLIK DI SANGGAU LEDO, KALBAR

Yusriadi Yusriadi, Ismail Ruslan

Abstract


In the midst of a pluralistic society, views of other groups are often vis a vis placed at the opposite angle. Group identity is built pragmatically as a form of attitude towards other groups. This paper aims to reveal how the views of students in former conflict areas in West Kalimantan, namely in Sanggau Ledo, towards other groups. Sanggau Ledo is a multi-ethnic area and was the starting point for the 1997 riots, with riots extending to several parts of West Kalimantan. Data collected from a group of students at Bengkayang Aliyah State Madrasah in Sanggau Ledo, shows that they still remember the bloody incident. The narratives they received about the riots were not accompanied by negative narratives about other groups. Instead, as a young generation, they make it a lesson. Other groups are seen from the proportional side, that there are no ethnic crimes, only ethnic elements. Other ethnic groups are not enemies and rivals. Problems that may arise from the behavior of group members should be seen as individual behavior, not group behavior. They must be respected as part of the nation's children. The views of these students can be a comparison that not all students want violence and hostility towards other groups.

Keywords: Other Groups, Conflict, Sanggau Ledo, Compound Society, Group Identity

Di tengah masyarakat yang majemuk, pandangan terhadap kelompok lain sering kali vis a vis diletakkan pada sudut yang bertentangan. Identitas kelompok dibangun secara pragmatis sebagai bentuk bersikap menghadapi kelompok lain. Tulisan ini bertujuan mengungkapkan bagaimana pandangan pelajar di wilayah bekas konflik di Kalimantan Barat, yaitu di Sanggau Ledo, terhadap kelompok lain. Sanggau Ledo adalah daerah yang multi-etnis dan pernah menjadi titik mula kerusuhan tahun 1997, yang kerusuhan meluas ke beberapa bagian di wilayah Kalimantan Barat. Data dikumpulkan dari sekelompok pelajar di Madrasah Aliyah Negeri Bengkayang di Sanggau Ledo, menunjukkan bahwa mereka masih mengingat peristiwa berdarah tersebut. Narasi yang mereka terima mengenai kerusuhan tidak diiringi dengan narasi negatif mengenai kelompok lain. Justru, sebagai generasi muda, mereka menjadikannya pelajaran. Kelompok lain dilihat dari sisi yang proporsional, bahwa tidak ada kejahatan etnik, yang ada hanya oknum dari kelompok etnik. Etnik lain bukanlah musuh dan rival. Masalah yang mungkin timbul dari prilaku anggota kelompok hendaklah dilihat sebagai prilaku individu, bukannya prilaku kelompok. Mereka harus dihargai sebagai bagian dari anak bangsa. Pandangan para pelajar ini dapat menjadi bahan bandingan bahwa tidak semua pelajar menginginkan kekerasan dan permusuhan terhadap kelompok lain.

Kata Kunci: Kelompok Lain, Konflik, Sanggau Ledo, Masyarakat Majemuk, Identitas Kelompok

Full Text:

PDF

References


Aju dan Zainuddin Isman. (2013). Kalimantan Barat: Lintasan Sejarah dan Pembangunan. Pontianak: Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.

Alloy, Sujarni, Et.all. 2009. Mozaik Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi.

Alqadrie, SI. (2008). Matahari akan Terbit dari Timur. Pontianak: Borneo Tribune Press.

Baharudin, SA. (2001). Identiti dan Etnisiti: Tinjauan Teoritis. Dalam Yusriadi dan Haitami Salim. Proseding Koloqium Dayak Islam di Kalimantan Barat. Halaman 11-30. Pontiana: STAIN Pontianak-FUI-MABM.

[Balitbang Agama]. (2015). Nasionalisme dan Pendidikan Agama di Beranda Depan Indonesia. Prosiding Bidang Pendidikan Agama dan Keagamaan Vol. 2 No. 1.

Embong, AR. (1999). Identiti dan Pembentukan Identiti. Akademika 55:i-xii

Handoyo, Eko, dkk. (2015). Studi Masyarakat Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Hidayah, Zulyani. (1997). Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Yogaswara, Herry. (2016). Meneruskan Hidup Setelah Kerusuhan: Ingatan Kolektif dan Identitas Etnis Madura Pasca-Kekerasan Antaretnis di Kota Sampit, Kalimantan Tengah. Ringkasan Disertasi FISIP UI.

Munawar. (2003). Sejarah Konflik Antar Suku di Kabupaten Sambas. Pontianak: Kalimantan Persada.

Prasetyo, et.al (Ed.). 2018. Memelihara Kearifan Mencegah Radikalisme. Jakarta: BNPT-IPSC.

Purba, Juniar, Et.all. (2011). Penyebaran dan Pengaruh Budaya Melayu di Kalimantan. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Yusriadi. (2008). Memahami Kesukubangsaan di Kalimantan Barat. Pontianak: STAIN Pontianak Press.

Yusriadi, Ismail Ruslan dan Hariansyah. 2017. Narasi Kebahan Sebagai Resolusi Konflik pada Masyarakat Nanga Pinoh, Melawi. Jurnal SMART Vol. 04 (1): 15-26.




DOI: https://doi.org/10.24260/jhjd.v13i2.1472

DOI (PDF): https://doi.org/10.24260/jhjd.v13i2.1472.g757

Article Metrics

Abstract view : 810 times
PDF - 409 times

Article Metrics

Abstract view : 810 times
PDF - 409 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2019 Jurnal Al-Hikmah: Jurnal Dakwah

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Creative Commons License
Al-Hikmah by http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/alhikmah is licensed under a
Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.