The PDF file you selected should load here if your Web browser has a PDF reader plug-in installed (for example, a recent version of Adobe Acrobat Reader).

If you would like more information about how to print, save, and work with PDFs, Highwire Press provides a helpful Frequently Asked Questions about PDFs.

Alternatively, you can download the PDF file directly to your computer, from where it can be opened using a PDF reader. To download the PDF, click the Download link above.

Fullscreen Fullscreen Off

Abstract


Paham radikalisme tidak hanya menyebar di perguruan tinggi dan sekolah, tetapi juga telah merambah ke dalam lembaga pendidikan prasekolah. Semestinya, pendidikan prasekolah merupakan tempat yang tepat untuk menanamkan pendidikan karakter pada tahap awal perkembangan anak. Oleh karena itu, artikel ini bertujuan untuk menganalisis kurikulum dan disiplin pembelajaran agama yang diajarkan melalui lagu-lagu dan kebijakan kepala sekolah di Kelompok Bermain/Taman Kanak-Kanak (KB/TK) Pesantren Auladul Yamin, Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis konten terhadap kurikulum dan disiplin pembelajaran agama yang dipublikasikan secara online di media sosial seperti Instagram dan Youtube, serta website resmi. Para penulis menemukan adanya eksklusivitas dalam lembaga pendidikan prasekolah ini terkait dengan pemahaman dan praktik agama, serta nilai-nilai yang ditanamkan pada anak-anak usia dini. Kurikulum pembelajaran agama menekankan enam pilar dakwah dan empat pilar pendidikan, dengan pilar yang berkaitan dengan perdagangan mendapatkan perhatian eksklusif, sementara juga mengajarkan etika berdagang yang terbatas pada sesama muslim. Lagu-lagu keagamaan yang diajarkan juga berfungsi sebagai alat pendidikan yang efektif dalam menyampaikan nilai-nilai agama kepada anak-anak usia dini. Selain itu, peran kepala sekolah dalam mengontrol dan membimbing pendidikan, serta kebijakan-kebijakan yang diterapkan, seperti larangan menonton kartun yang tidak Islami dan pemisahan tempat duduk berdasarkan jenis kelamin, juga memengaruhi pemahaman agama dan moral anak-anak usia dini yang cenderung konservatif dan eksklusif.